Ciri-ciri dan Karakteristik Perenjak Jawa
Perenjak Jawa memiliki tubuh yang kecil dan ramping, panjang dari keseluruhan (paruh sampai ekor) tidak lebih dari 13cm. Warna khasnya ialah coklat hijau-zaitun. Tenggorokan serta dadanya berwarna putih, perut serta pantatnya berwarna kuning. Warna keabu-abuan dominan pada dada dan paha. Ciri yang sangat khas ialah adanya dua garis putih, dan juga ekor yang panjang dengan ujungnya berwarna hitam serta putih.Paruhnya panjang runcing, sebelah atasnya berwarna kehitaman serta sebelah bawah kekuningan. Kakinya langsing serta rapuh berwarna coklat agak kemerahan atau merah jambu.
Klasifikasi ilmiah Perenjak Jawa |
||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
||||||||||||||
Nama binomial | ||||||||||||||
Prinia familiaris Horsfield, 1821 |
Perenjak Jawa Jantan dan Betina
Pejantan biasanya memiliki tubuh yang lebih besar dan juga sangat aktif dalam berkicau. Juga ekornya yang lebih panjang serta warna sayapnya yang lebih gelap.Juga dapat di bedakan dari warna paruh pada bagian bawahnya :
- Paruh bawah berwarna putih pucat merupakan burung Perenjak Jawa betina
- Paruh bawahnya berwarna putih dengan ujung hitam merupakan burung Perenjak Jawa burung jantan muda
- Paruh bawah berwarna hitam menyeluruh merupakan burung Perenjak Jawa burung jantan dewasa
- Saat masih berusia muda dapat dibedakan melalui kuku jari
- Kuku jari kaki yang berwarna kusam merupakan burung Perenjak Jawa burung jantan
- Kuku jari kaki bersih merupakan burung Perenjak Jawa burung betina
Status Konservasi Perenjak Jawa
Sebelum saat th. 1990-an, burung ini bisa disebut tak mempunyai nilai ekonomi, hingga banyak dilewatkan bebas serta meliar seperti halnya burung gereja serta burung pipit. Karakternya yang gampang menyesuaikan serta tak takut pd manusia mengakibatkan populasi burung ini cukup tinggi pd wilayah-wilayah yang cocok.Sesudah tahun-tahun itu, burung ini mulai banyak diburu orang untuk diperdagangkan terlebih di Jawa. Terlebih burung ini gampang didapati di lokasi perkebunan serta mempunyai kelebihan gampang jinak. Karakter jinaknya bikin ia gampang di tangkap dengan langkah dipikat yakni menggunakan pertolongan cermin didalam sangkar. Burung yang tertarik dengan bayangannya sendiri dapat terjerat didalam sangkar.
Langkah lain yaitu memasang jerat atau rajut di lebih kurang sarangnya, atau dengan perangkap getah (pulut) pd tempat-tempat tidurnya di saat malam. Beberapa penangkap burung yang trampil, apalagi, sering cuma bermodalkan senter, kehati-hatian serta kecepatan tangan menangkap burung yang tidur pada malam hari.
Sayang sekali burung ini gampang stres serta mati dlm pemeliharaan, terlebih jika yang di tangkap yaitu burung dewasa. Belum lagi bila pemeliharanya tak memiliki pengalaman. Tetapi ini agaknya tak menyurutkan ketertarikan beberapa penangkap burung untuk terus memburunya. Hingga saat ini, burung ini tetap sukar untuk dibiakkan. Dari Tahun 2010, salah seorang penghobi burung pekicau Iwan Lippo Cikarang sukses menangkarkan ciblek.
Eksploitasi yang terlalu berlebih amat beresiko untuk populasi ciblek. Di wilayah-wilayah spesifik seperti di tepian Jakarta serta Bogor, saat ini seakan ‘kehabisan stok’ walau sebenarnya sebelum saat th. 90-an burung ini tetap melimpah. Perenjak jawa makin jarang tampak di taman-taman, serta ada terbatas di tempat-tempat spesifik yang tetap dekat rimba.
Di dalam pemeliharaan umumnya burung ini kerap di beri makanan berbentuk kroto (tempayak serta anak semut rangrang), ulat hongkong, dan pelet (voer).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar